Taksonomi dan Morfologi

    • Kingdom:  Plantae
    • Divisi:  Tracheobionta
    • Subdivisi: Embryophyta
    • Kelas:  Gnetopsida
    • Ordo:  Ephedrales
    • Famili:  Gnetaceae
    • Genus:  Gnetum 
    • Nama ilmiah:  Gnetum gnemon L.
 

 

Morfologi

Gambar

Akar

Akar melinjo merupakan akar tunggang, merayap kepermukaan, berwarna kecoklatan hingga abu-abu gelap, dan juga dalam menembus dengan kedalam tanah 3 - 5 m bahkan lebih. Perakaran ini bermanfaat untuk menyokong tanaman agar lebih kuat dan membantu menyerap unsur air dalam tanah.

 

Batang

Batang melinjo berbentuk bulan memanjang, dengan diamater 10 - 20 cm bahkan lebih, tumbuh tegak dengan panjang mencapai 15 - 20 m, permukaan batang merata. Batang juga memiliki percabangan monopodial yaitu batang terlihat jelas, besar dan panjang pertumbuhan cabangnya. 

 

Daun

Daun melinjo merupakan daun tunggal, berbentuk bulat oval dan terdiri dari beberapa helai daun, tepi merata, daun duduk saling berhadapan, dan memiliki pertulangan menyirip. Selain itu, bagian dalam daun akan memiliki serabut halus berwarna keputihan.

 

Bunga

Bunga tidak sempurna, terpisah antara bunga jantan dan betina. Bunga jantan ini terdiri dari benang sari, dan bunga betina terdiri dari karangan bulir. Biasanya dalam penyerbukan ini tidak dilakukan secara langsung, namun tetapi memerlukan bantuan dari angin maupun hewan sekitarnya.

 

Biji

Biji melinjo terbuka, lapisan luar keras, selaput dalam dilindungi dengan tandan bunga yang berdaging, biji berwarna hijau muda kalau belum matang dan sudah matang akan berwarna kemerahan tua.

 

 

 

Nama Lokal :

Di berbagai daerah Gnetum gnemon L. dikenal dengan nama melinjo, meninjo, mulieng, batang baguak, belinjo, tangkil, trangkil, so, bagu, dan nama lokal lain.

 

Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman  :          

Berdasarkan sejarahnya, melinjo berasal dari Semenanjung Malaysia. Distribusinya sekarang ini membentang dari daerah Assam sampai Kepulauan Fiji (Markgraf, 1954). Namun ada orang yang kurang setuju dengan pendapat tersebut; mereka beranggapan bahwa melinjo berasal dari Indonesia. Tanaman ini dibawa pendatang dari Amboina ke Penang pada tahun 1809, kemudian dibawa masuk lagi ke Indonesia (Hunter, 1909).

 

Status Kelangkaan berdasarkan IUCN :     

 

 

Syarat Tumbuh :

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelapa sawit adalah iklim. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara-Selatan 12 derajat pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut (dpl). Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin (Fauzi et al, 2008). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah pada 12° HJ-12° LS dengan ketinggian < 400 m di atas permukaan laut (dpi), menghendaki curah hujan 1250-3000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Temperatur optimal 24-28°C dengan kelembaban optimal 80% dan lama penyinaran selama 5-7 jam/hari. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podzolik, Latosol, Hidromorfik kelabu. Alluvial atau Regosol (PPKS, 2002).

 

Habitat :   

Tanaman melinjo pada dasarnya dapat tumbuh di dataran rendah hingga pegunungan pada ketinggian 0 – 1200 m dpl. Selain itu, tanaman melinjo juga dapat tumbuh pada tanah liat, berpasir maupun berkapur. Pohon ini tidak bisa tumbuh di tanah yang tergenang serta berkadar asam yang tinggi.

 

Penyebaran Tanaman :   

Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, sebaran tanaman melinjo terdapat di seluruh daerah Indonesia, dengan luas panen sekitar 15.383 ha. Adanya sebaran tanaman tersebut di berbagai wilayah, belum menunjukkan hasil produksi yang memuaskan, karena pada tahun 2014 luas panen melinjo mengalami penurunan sebesar 8,11% atau sebesar 1358 ha. Adanya penurunan luas panen tersebut, maka produksi melinjo pada tahun 2014 juga mengalami penurunan sebesar 10,5% atau sebesar 23.190 ton.

 

Metode Perbanyakan :

Perbanyakan tanaman, melinjo bisa diperbanyak dengan cara generatif maupun dengan cara vegetatif. Namun biji melinjo sangat sulit dikecambahkan sehingga perbanyakan vegetatif banyak dilakukan. Cara perbanyakan vegetatif yang banyak dilakukan adalah mencangkok sambung, dan okulasi.

 

Kandungan Senyawa Kimia :

Kandungan kimia yang terdapat pada biji dan daun melinjo yaitu saponin, flavonoid dan tanin  sedangkan kulit melinjo mengandung saponin dan flavonoid. Flavonoid, saponin, dan tanin yang terkandung pada melinjo tersebut dapat berfungsi sebagai antibakteri.

 

Bagian yang Dimanfaatkan :

Daun dan buah melinjo yang muda dapat diolah sebagai sayuran dan buah melinjo yang sudah tua dapat diolah sebagai bahan baku pembuatan emping.

 

Kegunaan :

Manfaat melinjo bagi kesehatan yang mengandung senyawa polifenol, merupakan antioksidan baik sehingga membantu melawan sel-sel kanker, dan mencegah pertumbuhan tumor. Selain itu, melinjo juga mengandung lignan, yang merupakan senyawa yang dapat membantu mencegah kanker payudara dan prostat.

 

Letak Koordinat :

 

 

Referensi