Taksonomi dan Morfologi |
|
Morfologi |
Gambar |
Akar Tanaman alpukat memiliki sistem perakaran tunggang yang menyebar luas di permukaan tanah dengan panjang mencapai 5-6 m, bahkan lebih. Akar samping yang kuat serta dalam, sehingga cukup baik ditanam di lahan lereng (Sunarjono, 2016; Syah, 2018). |
|
Batang Pohon tegak, berukuran sedang, biasanya tingginya 10–12 m dan dapat mencapai 20 m. Batangnya berukuran lebar 30–60 cm dengan kulit kayu bercelah memanjang berwarna abu-abu kehijauan. Pohonnya hampir selalu hijau, daunnya rontok sebentar pada musim kemarau (Lim, 2012). |
|
Daun Daunnya alternate; tangkai daun 2–5 cm, jarang puber. Helaian daun sederhana, bentuknya bervariasi, elips sempit, elips, bulat telur, atau lonjong, 8–20 × 5–12 cm, permukaan bawah biasanya agak mengkilap, bagian atas berwarna hijau tua, kasar, puber coklat kekuningan jarang di bagian atas tetapi sangat rapat di bagian bawah. ketika matang, pelepah menonjol ke bawah, vena lateral 5–7 pasang, jelas menonjol di bawah, sedikit meninggi di atas, pangkal runcing atau lancip hingga subbulat, puncak lancip, tepi keseluruhan (Lim, 2012). |
|
Bunga Bunga alpukat termasuk bunga majemuk, bentuk menyerupai bintang dan memiliki kelamin ganda. Bunga ini tersusun dari beberapa malai yang muncul pada ketiak daun atau ranting, berwarna kekuningan dan kehijauan. Bunga alpukat agak unik. Walaupun berjenis kelamin ganda tetapi penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi. Biasanya penyerbukan dibantu oleh angin maupun binatang yang ada di sekitarnya (Syah, 2018). Bunga alpukat keluar dari ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Bunganya sempurna (dalam satu bunga terdapat putik dan benang sari), tetapi mekarnya tidak serempak (Sunarjono, 2016). Bunganya berwarna kuning kehijauan, berukuran 5–6 mm kali 6 mm, tangkai puber berwarna coklat kekuningan pekat. Perianth puber padat berwarna coklat kekuningan di bagian luar dan dalam; tabung perianth berbentuk kerucut, 1 mm; lobus perianth 6 dalam 2 lingkaran, lonjong, 4–5 mm dengan puncak tumpul, 3 bagian luar lebih kecil, semuanya berbentuk lonceng. Benang sari subur 9 dalam 3 lingkaran; filamen filiform 4 mm, komplanat, pilosa padat, filamen lingkaran ke-3 masing-masing dengan 2 kelenjar bulat telur dan oranye komplanat di pangkal, yang lain tanpa kelenjar; kepala sari bersel 4; sel dimasukkan ke dalam lingkaran ke-1 dan ke-2, keluar ke dalam lingkaran ke-3. Staminoda 3, lingkaran paling dalam, sagittate-cordate, 0,6 mm, gundul dengan pilose, panjang tangkai 1,4 mm. Ovarium berbentuk bulat telur, 1,5 mm, puber padat; gaya 2,5 mm, puber padat; stigma sedikit melebar, berbentuk cakram (Lim, 2012). |
|
Buah Buah alpukat bentuknya beragam mulai dari bulat, bulat lonjong, bulat meruncing, bulat seperti bohlam sampai lonjong, 8–18 cm. Buah berwarna kuning kehijauan, hijau tua atau hijau sangat tua, ungu kemerahan, atau ungu tua hingga tampak hampir hitam, dan kadang-kadang berbintik-bintik kuning kecil, mungkin halus atau berkerikil, mengkilap atau kusam, tipis atau kasar dan tebal mencapai 6 mm, lentur atau berbutir dan rapuh. Buah alpukat berukuran kecil hingga besar dengan berat bervariasi mulai 100-2.300 g. Buah alpukat ada juga memiliki bercak atau bintik halus berwarna keunguan, daging lunak ketika sudah matang (Lim, 2012; Syah, 2018). Daging buah terlepas dari biji. Daging tersebut hanya dibatasi oleh selaput kulit biji yang tebal. Bila sudah tua, selaput kulit biji berwarna abu-abu kecoklatan yang membalut biji (Sunarjono, 2016). Biji tunggal berbentuk pipih, bulat, berbentuk kerucut atau bulat telur, besar, panjang 5–6,4 cm, keras dan berat, berwarna gading tetapi tertutup oleh dua lapisan biji berwarna coklat, tipis, dan tipis yang sering menempel pada rongga daging, biji mudah keluar (Lim, 2012). |
|
Nama Lokal : |
Adpukat, Avocad, Avokad, Buah Apokat (Lim, 2012), alpuket atau alpukat (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), buah pokat/jamboo pokat (Batak), advokat/pookat (Lampung), dan apuket/jambu wolanda (Sunda) (Indriani dan Suminarsih, 1997). |
Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman : |
Daerah asal alpukat adalah di Amerika Tengah, yaitu Meksiko, Guatemala dan Honduras. Buah ini dibudidayakan dari Rio Grande hingga Peru Tengah sebelum kedatangan orang Eropa. Sekarang dibudidayakan di tempat lain di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia (Lim, 2012). Orang Eropa awal menemukan alpukat, dibudidayakan dan didistribusikan ke seluruh Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara selama abad ke-16. Bukti dari hal ini adalah nama asli alpukat yang diberikan dalam berbagai bahasa dan temuan arkeologi. Penanggalan karbon mengindikasikan bahwa alpukat Meksiko telah digunakan sebagai makanan sejak 9000-10.000 tahun yang lalu. Catatan awal menunjukkan bahwa alpukat tidak dibudidayakan di kepulauan Karibia selama periode pra-Columbus dan diperkenalkan ke Jamaika oleh orang Spanyol sekitar tahun 1650. Penyebaran ke daerah tropis Afrika dan Asia terjadi pada tahun 1700-an dan 1800-an. Impor pertama yang tercatat ke Florida adalah tahun 1833, ke California pada tahun 1848 dan ke Hawaii pada awal abad ke-19. Pada tahun 1855, pohon alpukat banyak ditemukan di kebun-kebun di Oahu dan didistribusikan ke pulau-pulau lain di kepulauan Hawaii. Sekarang tersebar luas di seluruh daerah tropis dan subtropis, tetapi penggunaan buahnya berbeda di daerah yang berbeda (Janick dan Paull, 2008). Tanaman alpukat diduga masuk Indonesia pada abad ke 18 dan sekarang sudah menyebar hampir di seluruh pelosok tanah air (Syah, 2018) |
Status Kelangkaan berdasarkan IUCN : |
Tidak mengkhawatirkan |
Syarat Tumbuh : |
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m di atas permukaan laut (m dpl) bahkan sampai ketinggian 2.250 mdpl. Tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam pada ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bln kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m. Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,30C. Tanaman alpukat dapat mentolelir suhu udara antara 15-300C. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80%. Angin diperlukan tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Di daerah yang berangin kencang dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam, penahan angin diperlukan karena angin kencang dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah, mengurangi kelembapan, membuat bunga dehidrasi dan mengganggu penyerbukan, serta menyebabkan banyak buah rontok sebelum waktunya. Tanaman alpukat untuk dapat tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, subur, dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam), lempung endapan (aluvial loam), lempung vulkanik, tanah laterit, atau batu kapur. Akar tanamannya tidak toleran terhadap kondisi anaerobik; genangan air selama lebih dari 24 jam dapat mematikan pohon. Keasaman tanah (pH) berkisar 5,6-6,4. Bila pH di bawah 5,5, maka tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg dan Fe larut dalam jumlah cukup banyak. Di Florida selatan, alpukat ditanam di tanah kapur yang berkisar antara 7,2 hingga 8,3. Kultivar Meksiko dan Guatemala telah menunjukkan klorosis pada tanah berkapur di Israel (Lim, 2012; Sadwiyanti et al., 2009). |
Habitat : |
Kebun, pekarangan |
Metode Perbanyakan : |
Perbanyakan dengan generatif (biji) dan vegetatif (sambung pucuk atau sambung celah) (Sadwiyanti et al., 2009) |
Kandungan Senyawa Kimia : |
Buah alpukat segar mempunyai nilai gizi yang tinggi. Kandungan gizi buah alpukat setiap 100 g daging buah yaitu kalori sekitar 136-150, protein 0,9 g, lemak 6,2 g, karbohidrat 10,5 g, kalsium 3,6-20,4 mg, fosfor 20,7-64,1 mg, serat 1,0-2,1 g, besi 0,38-1,28 mg, abu 0,46-1,68 g, vitamin C 13 mg, vitamin B1 0,05 mg, vitamin B2 0,06 mg, ascorbic acid 4,5-21,3 mg, Nitrogen 0,130-0,382 g, kadar air 65,7-87,7 g, dan vitamin A 70 RE. Jumlah vitamin A tergantung pada warna buahnya. Daging buah dengan warna kuning lebih banyak vitamin A-nya daripada daging buah yang berwarna pucat. Buah alpukat juga mengandung lemak tak jenuh, sekitar 78%, termasuk asam oleik dan linoleik yang mudah dicerna dan berguna untuk memfungsikan organ-organ tubuh secara baik. Buah alpukat yang dikonsumsi juga berfungsi sebagai obat penghalus kulit (Sadwiyanti et al., 2009). |
Bagian yang Dimanfaatkan : |
Minyak alpukat yang diekstrak dari buahnya kaya akan vitamin A, B, G dan E. Minyak ini dapat dimakan dan memiliki koefisien cerna sebesar 93,8%. Minyak tersebut ditandai dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi. Minyak tersebut dapat digunakan sebagai minyak goreng dan minyak panggang tetapi masih terlalu mahal untuk dimanfaatkan secara luas. Rebusan daunnya telah digunakan sebagai teh tetapi lebih banyak untuk tujuan pengobatan (Lim, 2012). |
Kegunaan : |
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Alpukat terutama digunakan segar dalam salad, kandungan lemaknya yang tinggi berpadu dengan baik dengan buah dan sayuran asam seperti nanas, jeruk dan tomat atau dengan saus asam. Produk olahan alpukat masih sangat terbatas, kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk juice dan campuran buah dalam sirop (cocktail). Juice alpukat dapat dikonsumsi dalam bentuk tunggal maupun dicampur dengan bahan pelezat lainnya seperti susu, coklat, dan disajikan dengan diberi es batu, sedangkan untuk coktail dapat dicampur dengan buah-buahan lain seperti nenas, pepaya, bengkoang, kelapa muda dan lain-lain. Produk alpukat komersial yang utama adalah guacamole, yang digunakan sebagai cocolan favorit dengan keripik kentang, keripik tortilla, dan produk serupa. Alpukat dapat digunakan untuk memasok kandungan lemak pada makanan penutup beku seperti es krim dan serbat. Penggunaan alpukat dalam industri yang paling umum adalah sebagai pure alpukat beku, sebagai bahan dasar produk yang tidak mengandung lemak dan guacamole. Penggunaan alpukat dalam industri yang paling umum kedua adalah untuk minyak alpukat, digunakan untuk produk kosmetik, seperti pembersih atau penyegar wajah/kulit, masker wajah, campuran bahan untuk sabun mandi, dan penyubur rambut atau untuk keperluan kuliner, itu mirip dengan minyak zaitun (Janick dan Paull, 2008; Sadwiyanti et al., 2009). |
Letak Koordinat : |
|
Referensi |
Indriani, Y., Suminarsih, E., 1997. Alpukat. Penebar Swadaya, Jakarta. Janick, J., Paull, R.E. (Eds.), 2008. The Encyclopedia of Fruits and Nuts. CABI Publishing, Wallingford. Lim, T.K., 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants. Volume 3, Fruits. Springer Dordrecht, London. https://doi.org/10.1007/978-90-481-8661-7 Sadwiyanti, L., Sudarso, D., Budiyanti, T., 2009. Petujuk Teknis Budidaya Alpukat. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok. Sunarjono, H., 2016. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Syah, M.J.A., 2018. Untung Berlipat Dari Budidaya Alpukat. Andi Offset, Yogyakarta. Van Steenis, C.G.G.J., 2013. Flora. PT Balai Pustaka, Jakarta |