Taksonomi dan Morfologi

    • Kingdom: Plantae
    • Divisi: Spermatophyta
    • Subdivisi: Angiospermae
    • Kelas: Monocotyledoneae
    • Ordo: Arecaceae
    • Famili: Palmaceae
    • Genus: Elaeis
    • Nama ilmiah: Elaeis guineensis Jacq.
 

 

Morfologi

Gambar

Akar

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari akar serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping dan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah dan akhirnya cabang-cabang ini pun bercabang lagi yang disebut dengan akar tersier. Akar kelapa sawit dapat mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Lubis, 2006).

 

Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan. 

 

Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun.

 

Bunga

Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman kelapa sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan (Satyawibawa, 2008).

 

Buah

Buah kelapa sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah dengan daging buah yang tipissehingga kadar minyak dalam perikarp hanya mencapai sekitar 34-40 % (Satyawibawa, 2008).

 

 

 

Nama Lokal :

 

 

Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman     :          

Tanaman kelapa sawit berasal dari Nigeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Brazil, Amerika selatan. Tanaman ini pertama kali dikenalkan di Indonesia oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1948. Tanaman kelapa sawit mulai di usahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. 

 

Status Kelangkaan berdasarkan IUCN :     

 

 

Syarat Tumbuh :

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelapa sawit adalah iklim. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang Utara-Selatan 12 derajat pada ketinggian 0 - 500 m diatas permukaan laut (dpl). Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin (Fauzi et al, 2008). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah pada 12° HJ-12° LS dengan ketinggian < 400 m di atas permukaan laut (dpi), menghendaki curah hujan 1250 - 3000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Temperatur optimal 24 - 28°C dengan kelembaban optimal 80% dan lama penyinaran selama 5 - 7 jam/hari. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podzolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol (PPKS, 2002).

 

Habitat :   

 

 

Penyebaran Tanaman :   

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara Negara tersebut.Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1848,dibawa dari Mauritius Amsterdam oleh seorang warga Belanda.Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor.Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara.Sebagian keturunan kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004). Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/1949, padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan. Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di Indonesia. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Ekspor minyak sawit CPO Indonesia antara lain ke Belanda, India, Cina, Malaysia dan Jerman, sedangkan untuk produk minyak inti sawit Palm Karnel Oil (PKO) lebih banyak diekspor ke Belanda, Amerika Serikat dan Brasil (Pahan, 2008).

 

Metode Perbanyakan :

Perbanyakan dengan generatif (biji) dan vegetatif (kultur jaringan).

 

Kandungan Senyawa Kimia :

Minyak kelapa sawit mengandung berbagai senyawa kimia, termasuk asam lemak, tokoferol (vitamin E), dan fitosterol. Senyawa-senyawa ini memiliki beragam manfaat dalam industri farmasi, kosmetik, dan pangan. Minyak kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku untuk produk oleokimia, seperti surfaktan, emulsifier, dan bahan pembusaan. Sumber-sumber kandungan senyawa kimia dari kelapa sawit antara lain minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil), minyak kelapa, dan minyak nabati lainnya.

 

Bagian yang Dimanfaatkan :

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetik. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit, sebagai bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.

Kegunaan :

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, zaitun, dan sebagainya. Dewasa ini, komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri yang dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, dan lain-lain, tetapi juga dapat menjadi substansi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar bahan bakar minyak dipenuhi dengan minyak bumi yang sumbernya tidak dapat dibaharui (Setyamidjaja, 2006).

 

Letak Koordinat :

 

 

Referensi