Taksonomi dan Morfologi

  • Kerajaan : Plantae
  • Divisi : Spermatophyta
  • Subdivisi :Angiospermae
  • Kelas : Dicotyledonae
  • Ordo : Rutales
  • Famili : Rutaceae
  • Genus : Clausena
  • Spesies Clausena excavata f. (Backer & Bakhuizen van den Brink., 1965) dan (Van Steenis, 1949)
 

 

Morfologi

Gambar

Akar

Akar tunggang, putih kotor (IPBiotics, 2014).

 

Batang

Tinggi 2-3 m. Batang bulat, bercabang, berbulu, berkayu, hijau kotor. Cabang bulat (IPBiotics, 2014).

Daun

Daunnya menyirip, panjang 60 cm, dengan 10 sampai 15 pasang helai daun miring lonjong sempit berwarna hijau tua, panjang 3,5 sampai 7 cm dengan ujung runcing. Daunnya mempunyai bau khas seperti kari jika diremas. (Santisuk, 1988).

Bunga

Bunga putih kecil terdapat dalam kelompok terminal, diikuti oleh buah beri berwarna merah muda bening dengan diameter 7 hingga 10 mm, masing-masing berisi 1 hingga 2 biji (Santisuk, 1988). C. excavata memiliki gynophores berbentuk jam pasir yang mencolok, yang seluruhnya gundul. Bunganya terdiri dari empat selaput dan berbentuk pendek pedicel, diameter 1/6 inci (4 mm) (Swarbrick, 1997).

Buah

Buahnya berupa buah berbiji ellipsoid mawar mengkilat, panjang 7-10 mm, daging buahnya berair manis, dan 1 atau 2 (Lorenzi et al., 2003) biji tidak dorman (Baskin, CC. dan Baskin, JM., 1998)

 

Nama Lokal :

Mara tunggal (Jawa Tengah), tikusan (Jawa Tengah), ki bajetah (Sunda) dan juga sicerek (Minangkabau) (Asmaliyah, 2010).

 

Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman     :          

Clausena excavata (Rutaceae) merupakan semak setinggi 1,5 m yang tumbuh liar dan dibudidayakan (Do Tat Loi, 1991) dari India dan Cina Selatan hingga Asia Tenggara (Perry, 1980).

 

Status Kelangkaan berdasarkan IUCN :     

Not evaluated (Tidak dievaluasi)

 

Syarat Tumbuh :

-

 

Habitat :   

Tumbuhan ini banyak dijumpai di hutan sekunder, semak-semak dan hutan sekitar desa, pada ketinggian tempat sampai 1300 mdpl. (IPBiotics, 2014)

 

Metode Perbanyakan :

Perbanyakan dengan generatif (biji) dan vegetatif (sambung pucuk). Clausena excavata Burm. f., anggota famili Rutaceae, tersebar luas di India, Cina, dan Asia Tenggara. ) (Kumar et al., 2012).

 

Kandungan Senyawa Kimia :

Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diketahui jenis Clausena excavata Burm F mengandung komponen metabolit sekunder yang dominan adalah kumarin, limonoid, dan alkaloid (Muhaimin, 2014). Tanaman ini juga mengandung senyawa aktif farmakologis lainnya seperti kumarin, alkaloid karbazol, dan glikosida flavonoid (Sunthitikawinsakul et al., 2003).

 

Bagian yang Dimanfaatkan :

Akar yang ditumbuk digunakan sebagai tapal untuk luka termasuk maag pada hidung dan daunnya juga dimanfaatkan sebagai tapal. Rebusan akarnya diminum untuk mengatasi keluhan usus, terutama kolik. Gimlette ditemukan digunakan di Kelantan untuk frambusia (He et al., 2006). Bunga dan Daunnya boleh direbus dan air rebusannya diminum untuk sakit perut dan rebusan daunnya diberikan setelah melahirkan. Itu Daun tanaman ini digunakan untuk menyembuhkan masuk angin, sakit perut, malaria dan disentri. Gigi yang rusak bisa diobati menggunakan batang bawah yang dikeringkan dan dijadikan bubuk, sedangkan batang bawah nya batang diberikan pada kolik dengan atau tanpa diare (Kirtikar dan Basu, 1933 dalam Arbab et al., 2012). Jus tanaman yang diperas digunakan dalam Jawa untuk batuk, sebagai vermifuge. Kayunya digunakan untuk gagang kapak di Jawa (Wu et al., 1992 dalam Arbab et al., 2012).

 

Kegunaan :

Digunakan dalam pengobatan tradisional, seperti untuk pengobatan beberapa penyakit seperti malaria, sakit kepala, sakit perut, disentri, TBC paru, diare, pilek, luka, gigitan ular, dan keracunan. Studi terbaru menunjukkan bahwa tanaman juga memiliki aktivitas imunomodulator (Manosroi et al., 2004),  analgesik (Rahman et al., 2002), anti-inflamasi, antivirus, antikanker (Sharif et al., 2011), antioksidan (Guntupalli et al., 2012), antimikobakteri (Sunthitikawinsakul et al., 2003), dan antijamur (Kumar et al., 2012). C. excavata telah dilaporkan menunjukkan salah satu aktivitas biologis bermanfaat tertinggi di antara genus Clausena (Arbab et al., 2012). Aktivitas ini disebabkan oleh senyawa fenoliknya yang tinggi seperti furanocoumarin dan flavonoid.

 

Letak Koordinat :

 

 

Referensi

Manosroi, A. (2004).Saraphanchotiwitthaya, and J. Manosroi, “Immunomodulatory activities of fractions from hot aqueous extract of wood from Clausena excavata,” Fitoterapia, vol. 75, no. 3-4, pp. 302–308.

Sunthitikawinsakul, N. Kongkathip, B. Kongkathip et al., (2003). “Coumarins and carbazoles from Clausena excavata exhibited antimycobacterial and antifungal activities,” Planta Medica, vol. 69, no. 2, pp. 155–157.

Asmaliyah, dkk., 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya Secara Tradisional, Jakarta: Kementerian Kehutanan RI.

Backer, C.A., Bakhuizen van den Brink , R.C. (1963). Flora ofJava, Vol II, 103- 104, The Netherland

Baskin JM, Baskin CC. 1998. Seeds: ecology, biogeography and evolution of dormancy and germination. San Diego: Academic Press, 666 pp.

Guntupalli, G. S. Kumar, A. S. Kumar, and T. Tubati. (2012). “Evaluation of antioxidant activity of the methanolic leaf extract of Clausena excavata Burm. f.(Rutaceae) using the lipid peroxidation model,” Pharmacognosy Journal, vol. 4, no. 34, pp. 22–25.

Do Tat Loi. (1991). Nhung cay thuoc va vi thuoc. Vietnam

He HP, Shen YM, Chen ST, He YN, Hao XJ (2006). Dimeric coumarin and phenylpropanoids from Clausena lenis. Helv. Chim. Acta 89:2836-2840.

Arbab, A. B. Abdul, M. Aspollah et al., (2012). “A review of traditional uses, phytochemical and pharmacological aspects of selected members of Clausena genus (Rutaceae),” Journal of Medicinal Plants Research, vol. 6, no. 38, pp. 5107–5118.

Lorenzi, H., Souza, HM., Torres, Mav. Dan Bacher, LB., (2003). Árvores exóticas no Brasil : madeireiras, ornamenais dan aromáticas. Nova Odessa: Plantarum, 384 hal.

T. Rahman, M. (2002). Alimuzzaman, J. A. Shilpi, and M. F. Hossain, “Antinociceptive activity of Clausena excavata leaves,” Fitoterapia, vol. 73, no. 7-8, pp. 701–703.

Muhaimin, (2014). Derivatif Limonoid Dari Clausena Excavata Sebagai Biofungisida Terhadap Cendawan Patogen Tanaman. J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 1

W. M. Sharif, N. A. Mustahil, H. S. M. Noor et al., (2011). “Cytotoxic constituents of Clausena excavata,” African Journal of Biotechnology, vol. 10, no. 72, pp. 16337–16341.

Perry, LM, 1980. Medicinal Plants of East and South-East Asia: Attributed Properties and Uses. MIT Press, Cambridge, Massachusetts and London

Kumar, A. Saha, and D. Saha, (2012). “A new antifungal coumarin from Clausena excavata,” Fitoterapia, vol. 83, no. 1, pp. 230–233.

Santisuk T (1988). An account of the vegetation of northern Thailand. Geol. Res., 5: 101.

Swarbrick  JT  (1997).  Environmental  weeds  and  exotic  plants  on  Christmas Island. Indian Ocean: a report to Parks Australia.

Van Steenis, (1949) Flora Voor De Schoolen In Indonesia, Noordroff-KofT, H.H, Batavia