Taksonomi dan Morfologi |
|
Morfologi |
Gambar |
Akar Akar tanaman sukun tergolong akar adventif karena sebagian besar menyebar di dekat permukaan tanah. Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang dengan warna kemerah-merahan yang dalam dan akar samping yang dangkal (Angkasa dan Nazaruddiun, 1994). Panjang akar tanaman ini dapat mencapai 6 m (Rizema, 2013). |
|
Batang Batang pohon sukun besar, tegak agak lunak, bergetah banyak dengan tinggi pohon bisa mencapai 20-40 m. Memiliki cabang banyak dan pertumbuhannya ke atas (Wardany, 2012). Sebelum bercabang, tinggi pohon mencapai 4 m. Getah putih terdapat di seluruh bagian tanaman (Sumadji et al., 2022). |
|
Daun Daun sukun berbentuk bulat telur dengan pangkal membaji seperti segitiga sama kaki membalik (Yang et al. 2015), ujung meruncing, dan bertulang daun menyirip. Menurut Estalansa et al (2018) menyatakan bahwa daun sukun berwarna hijau mengkilap pada helaian bagian atas dan berwarna hijau kusam pada helaian bagian bawah, berbentuk bulat telur, dengan ujung daun meruncing, dan bertulang daun menyirip. Ragone (1997) menyatakan bahwa bagian atas daun sukun licin, mengkilap dan halus, sedangkan untuk bagian bawah daun memiliki rambut-rambut halus dan bertekstur kasar. Ukuran daun bervariasi pada satu pohon, memiliki ukuran panjang 20- 60 cm dan lebar 20-40 cm dengan panjang tangkai daun 3-7 cm (Angkasa dan Nazaruddiun, 1994). Daun tumbuh menghadap ke atas dan mendatar. Jarak antara masing-masing daun bervariasi yaitu sekitar 2- 10 cm (Kurniawati dan Sutoyo, 2021).
|
|
Bunga Sukun termasuk tanaman berumah satu dengan kelamin tunggal, karena bunga jantan dan bunga betinanya terpisah tetapi masih dalam satu tanaman. Bunga sukun keluar dari ketiak daun pada ujung cabang. Menurut Harmanto (2012), panjang bunga jantan pada sukun dapat mencapai hingga 15 cm. Bunga jantan berbentuk seperti gada atau tongkat panjang yang biasa disebut dengan ontel. Bunga jantan sukun memiliki warna yaitu hijau muda ketika muda, kuning tua ketika masak, dan cokelat ketika tua (Nayeem dan Sushmita 2013). Menurut Estalansa et al. (2018), bunga betina sukun berbentuk bulat dengan tangkai yang pendek dan biasa disebut dengan babal. Rehatta dan Kesaulya (2010) menyatakan bahwa bunga betina pada sukun bertangkai pendek, kaku, dan berwarna hijau. |
Betina Jantan |
Buah Nochera dan Ragone (2016) menyatakan bahwa buah sukun umumnya memiliki panjang 9-20 cm. Bentuk buah bulat dan panjang tangkai 5 cm. Beberapa jenis berbentuk lonjong dan memanjang (Wardany, 2012). Menurut Suprapti (2006), kulit buah sukun ketika muda berwarna hijau terang dan saat masak berubah menjadi hijau kekuningan. Menurut Harmanto (2012), daging buah sukun memiliki tekstur kompak, berserat halus, rasa agak manis, dan beraroma spesifik. |
Nama Lokal : |
Sukun memiliki berbagai macam nama lokal sesuai dengan daerah asalnya seperti Sunne (Ambon), Hatopul (Batak), Amo (Maluku Utara), Bakara (Sulawesi Selatan), Karara (Bima, Sumba dan flores), dan Beitu (Papua) (Wardany, 2012) |
Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman : |
Tanaman sukun berasal dari Melanesia (kepulauan Maluku, Papua, hingga Fiji) Micronesia (Mariana, Palau hingga Kiribati) Polynesia (Hawaii, Selandia Baru hingga ke Easter Island) (uptpth.dishut.jatimprov). Penyebaran tanaman sukun di Indonesia sangat luas mulai dari Sabang sampai Merauke. Sebaran alami tanaman ini meliputi Sumatera Utara, Sumatera (Aceh), Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi (Minahasa, Makasar, Bonerate, Gorontalo, Bugis), Maluku (Seram, Halmahera, Kai, Buru, Ambon, dan Ternate) dan Papua (Rizema, 2013) serta tersebar luas di Eropa, India, Malaysia, Indonesia, Afrika, dan Sri Langka |
Status Kelangkaan berdasarkan IUCN : |
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, ketapang berstatus Least Concern (LC). Artinya, sukun termasuk jenis flora yang aman dan tidak terancam kepunahannya Karena jumlah populasi ketapang masih stabil. Hal ini seimbang dengan tingkat persebaran tumbuhan ini yang hampir dapat ditemui diseluruh dunia (uptpth.dishut.jatimprov). |
Syarat Tumbuh : |
Tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat yang mencapai kisaran 1.200 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan kelembaban yang cukup untuk tumbuh dengan baik dan tidak mudah mati. Suhu yang cocok untuk pertumbuhannya sekitar 21°-35°C dengan curah hujan 1500 hingga 3000 mm per tahun. Tanaman sukun membutuhkan iklim yang basah untuk pertumbuhannya. Iklim yang sesuai akan mendukung pertumbuhan tanaman ini, sedangkan ketidaksesuaian iklim dapat mengganggu pertumbuhannya. Tanaman ini relativ toleran pada pH yang rendah serta tahan kering maupun tahan naungan. |
Habitat : |
Tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah dengan iklim tropis. Habitat terbaik untuk pertumbuhan sukun adalah di dataran rendah, namun tanaman ini juga mampu tumbuh pada wilayah pantai yang umumnya memiliki kadar salinitas tinggi. |
Metode Perbanyakan : |
Perbanyakan tanaman sukun yang umum digunakan adalah dengan menggunakan stek dan perbanyakan melalui biji. |
Kandungan Senyawa Kimia : |
Daun sukun memiliki kandungan kimia antara lain flavonoid, saponin, tanin, kuersetin, artokarpanon, dan artoindonesianin. Artoindonesianin dan kuersetin merupakan senyawa golongan flavonoid. Kulit batang sukun juga banyak mengandung senyawa metabolit sekunder seperti saponin, fenolik, dan terpenoid. Kulit akar tanaman sukun terkandung dua senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa flavon turunan dihidrobenzosanton yaitu sikloartobilosanton dan flavon terprenilasi yaitu artonin E. Buah sukun banyak kandungan gizinya, antara lain karbohidrat (8-25%), kalori (43- 110%), vitamin C (7,71-21,03 mg/100g), fosfor (41,04-53,61 mg/100g), Fe (0,44-0,68 ppm), kalsium (109,47-167,01ppm), kandungan fenol total (19,97- 24,29 mg/100g), dan antioksidan total (8,28-36,59%) (Adinugraha & Susilawati, 2014; Puspita, 2018). |
Bagian yang Dimanfaatkan : |
Tumbuhan sukun banyak mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai bahan obat tradisional. Daun sukun telah diidentifikasi mengandung senyawa flavonoid, asam hidrosionat, tanin, quersetin, protein, kalori, lemak, kalsium, fosfor, vitamin B1, vitamin C, vitamin B2, dan polifenol yang memiliki potensi sebagai bahan antioksidan. Kulit batang terkandung senyawa fenolik, saponin, dan pada bagian kulit akar terkandung senyawa dalam golongan flavon. Bunga sukun juga mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan tanin (Ahmad & Fahmi, 2017). |
Kegunaan : |
Senyawa flavonoid mampu menahan kerusakan akibat radikal bebas dengan berbagai cara. Salah satunya dengan langsung menangkap radikal bebas. Senyawa ini berperan untuk mengurangi angiogenesis, neurotrophin, perubahan morfologi penuaan, dan zat antioksidan (Kurniawati & Sutoyo, 2021). Kandungan senyawa artokarpanon dalam daun sukun berkhasiat sebagai antiinflamasi. Kandungan flavonoid genaril dari daun juga berkhasiat sebagai antikanker. Kandungan senyawa flavonoid, saponin, dan tanin pada daun tanaman ini berperan sebagai insektisida (Tandi et al., 2007) Tanin akan bersenyawa dengan protein dan berfungsi sebagai pengkelat logam. Peran biologis yang besar menjadikan tanin sebagai antioksidan biologis [36]. Tanin memiliki khasiat antara lain sebagai anti bakteri, astringen, anti diare, dan antioksidan |
Letak Koordinat : |
|
Referensi |
Adinugraha, H.A., & Susilawati, S. (2014). ‘Variasi Kandungan Kimia Tanaman Sukun dari Beberapa Populasi di Indonesia sebagai Sumber Pangan dan Obat’. Jurnal Hutan Tropis, 2(3), 226- 232. Ahmad, H.H., & Fahmi, N. (2017). ‘Efektivitas Daun dan Bunga Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) sebagai Anti Nyamuk Elektrik dalam Membunuh Nyamuk Aedes aegypti’. Jurnal Sulolipu, 17(11). Angkasa dan Nazaruddin. (1994). Morfologi Tanaman Sukun. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Estalansa H, Yuniastuti E, Hartati S. (2018). The diversity of breadfruit plants (Artocarpus altilis) based on morphological characters. Agrotech Res J 2(2): 80-85. Harmanto N. (2012). Daun sukun, si daun ajaib penakluk aneka penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Kurniawati, I. F., & Sutoyo, S. (2021). Review Artikel: Potensi Bunga Tanaman Sukun (Artocarpus altilis [Park. I] Fosberg) Sebagai Bahan Antioksidan Alami. Unesa Journal of Chemistry, 10(1), 1-11. Nayeem N., dan Sushmita. (2013). Artocarpus altilis: over view of a plant which is referred to as bread fruit. International Journal of Pharmaceutical Sciences Letters 3(5): 273-276. Puspita, E.Y. (2018). ‘Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Bioaktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid dari Kulit Akar Tumbuhan Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson F.A. Zorn) Fosberg’). Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Ragone D. (1997). Breadfruit. Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg. promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops. Italy: 10 Institute of Plant Genetics and Crop Plant Research, Gatersleben/International Plant Genetic Resources Institute, Rome. Rehatta, H., dan Kesaulya, H. (2010). Identifikasi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) di Pulau Ambon. J Budidaya Pertanian 6(2): 58-62. Rizema, S. P. (2013). Ajaibnya Daun Sukun Berantas Berbagai Penyakit. Flash Books. 164 Hal Sumadji, A. R., Ganjari, L. E., Nugroho, C. A., & Purwaningsih, E. (2022). Variasi Morfologi Sukun Artocarpus altilis (Park.) Forsberg Di Kota Bekasi. Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya (JB&P), 9(2), 76-85. Suprapti M.L. (2006). Tepung sukun: pembuatan dan pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Wardany, K. (2012). Khasiat Istimewa Sukun. Rapha Publishing. Wardany, K. (2012). Khasiat Istimewa Sukun. Yogyakarta: Rapha Publishing. Yang Q, Lu L, Lou LM, Zhou N. (2015). Simulation research for outline of plant leaf. Advances in Image and Graphics Technologies. 10th Chinese Conference IGTA, Beijing-Cina Proceedings, p 375- 385. https://uptpth.dishut.jatimprov.go.id/sukun-artocarpus-altilis/ [Diakses pada 01 Maret 2024] |