Taksonomi dan Morfologi |
|
Morfologi |
Gambar |
Akar Sistem perakaran jeruk nipis adalah akar tunggang dimana akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar-akar yang kecil. Akarnya memiliki cabang dan serabut akar. Ujung akar tanaman jeruk terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Ujung akar terlindung oleh tudung akar yang bagian luarnya berlendir sehingga ujung akar mudah menembus tanah (Liana 2017) |
|
Batang Batang yang tergolong dalam batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar tergolong kayu. Batangnya berbentuk bulat (teres), berduri (spina) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu, arah tumbuh batangnya mengangguk (nutans), batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya membengkok kembali ke bawah.Sifat percabangan batang monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (Boekoesoe dan Jusuf 2015). |
|
Daun Daunnya berwarna hijau dan jika sudah tua warna kulitnya menjadi kuning. Helain daun berbentuk jorong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi beringgit, permukaan atas berwarna hijau tua mengkilap, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda, daging daun seperti kertas, Panjang 2,5 – 9 cm, lebar 2,5 cm, sedangkan tulang daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5 – 25 mm (Boekoesoe dan Jusuf 2015). |
|
Bunga Bunga muncul dari ketiak-ketiak daun atau pucuk-pucuk ranting yang masih muda. Setelah pucuk daun tumbuh, beberapa hari kemudian akan disusul putikputik bunga. Bunga jeruk nipis berwarna agak kemerahan hingga keunguan. Bunga jeruk biasanya berbau harum karena banyak mengandung nektar (madu) (Liana 2017) |
|
Buah Buah bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua, kepala putik duduk, besar dan kelopak tetap. Dinding buah tebal, berdaging, ungu, dengan getah kuning. Biji 1-3, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, putih, dapat dimakan (juga biji yang gagal tumbuh sempurna) |
Nama Umum dan Nama Lokal : |
Tanaman Citrus aurantiifolia (Cristm.) Swingle dikenal di pulau Sumatra dengan nama Kelangsa (Aceh), di pulau Jawa dikenal dengan nama jeruk nipis (Sunda) dan jeruk pecel (Jawa), di pulau Kalimantan dikenal dengan nama lemau nepi, di pulau Sulawesi dengan nama lemo ape, lemo kapasa (Bugis) dan lemo kadasa (Makasar), di Maluku dengan naman puhat em nepi (Buru), ahusi hisni, aupfisis (Seram), inta, lemonepis, ausinepsis, usinepese (Ambon) dan Wanabeudu (Halmahera) sedangkan di Nusa tenggara disebut jeruk alit, kapulungan, lemo (Bali), dangaceta (Bima), mudutelong (Flores), mudakenelo (Solor) dan delomakii (Rote) |
Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman : |
Jeruk nipis merupakan tanaman yang berasal dari Indonesia, Menurut sejarah, sentra utama asal jeruk nipis adalah Asia Tenggara. Akan tetapi, beberapa sumber menyatakan bahwa tanaman jeruk nipis berasal dari Birma Utara, Cina Selatan, dan India setelah utara, tepatnya Himalaya dan Malaysia. Jalur pengenalannya ke seluruh dunia dimulai Timur Tengah ke Afrika Utara, lalu ke Sisilia dan Andalusia dan kemudian, melalui penjelajah Spanyol, dibawa ke Hindia Barat, termasuk Florida Keys. Henry Perrine dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan jeruk nipis ke Florida. Dari Karibia, budi daya jeruk nipis menyebar ke Amerika Utara tropis dan subtropis, termasuk Meksiko, Florida, dan kemudian California.Tanaman jeruk nipis masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Belanda (Aldi, 2016). |
Status Kelangkaan berdasarkan IUCN : |
Not evaluated (tidak dievaluasi) |
Syarat Tumbuh : |
Tanaman ini tumbuh subur pada daerah yang mendapat banyak sinar matahari, kelembaban tinggi, serta musim kering yang pendek (untuk menstimulasi perbungaan). Pada kondisi kering, diperlukan irigasi untuk menjaga kelembapan tanah. Tanaman ini dapat ditanam hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (20-40 ) di daerah tropis, namun biasanya pertumbuhan maksimal berlangsung di daerah dataran rendah (Nugroho, 2009). . |
Habitat : |
Tumbuh baik di tanah alkali, di tempat-tempat yang terkena sinar matahari langsung. Perbanyakan dengan biji, okulasi atau cangkok. |
Metode Perbanyakan : |
Jeruk nipis dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan generatif tanaman ini dapat melalui biji sedangkan untuk perbanyakan vegetatif dengan cara okulasi, cangkok dan stek. Stek merupakan metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman yang dipisahkan dari induknya dimana bila ditanam pada kondisi yang menguntungkan akan berkembang menjadi tanaman yang mampu tumbuh baik. Kelebihan dari perbanyakan vegetatif dengan cara stek adalah, diperoleh tanaman baru dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat, selain itu dapat diperoleh sifat yang sama dari induknya. Keberhasilan perbanyakan dengan stek dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain cahaya, kelembaban dan suhu. Selain itu, faktor penentu selanjutnya adalah air yang cukup untuk pertumbuhan stek tanaman jeruk nipis. |
Kandungan Senyawa Kimia : |
Jeruk nipis memiliki kandungan senyawa flavonoid dimana flavonoid merupakan golongan senyawa polifenol terbesar yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antibakteri. Jeruk nipis memiliki aktivitas antifungal. Selain itu jeruk nipis juga memiliki aktivitas larvasida dan anthelmintik. Berbagai aktivitas yang dimiliki oleh tanaman jeruk nipis diduga berasal dari kandungan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan komponen terbanyak yang terdapat dalam tanaman jeruk nipis. Senyawa mayor yang terdapat dalam daun dan kulit buah jeruk nipis adalah limonen dan β-pinen. Jeruk nipis dapat digunakan sebagai antifungal alternatif untuk menggantikan fungisida kimia sehingga mengurangi efek berbahaya pada manusia dan lingkungan. Selain itu, jeruk nipis dapat digunakan sebagai larvasida alami yang memiliki beberapa keuntungan seperti degradasinya yang cepat serta toksisitas yang rendah. Jeruk nipis juga memiliki aktivitas anthelmintik karena adanya senyawa tanin yang serupa dengan fenol sintetik yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan cacing (Chusniah dan Muhtadi 2017). |
Bagian yang Dimanfaatkan dan Kegunaannya : |
Bagian-bagian tanaman jeruk nipis dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain batang, bunga, buah, dan daunnya. Sebagai obat tradisional, tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Jeruk nipis dapat digunakan untuk menghilangkan sumbatan vital energi, obat batuk, peluruh dahak (mukolitik), peluruh kencing (diuretik), peluruh keringat, dan membantu proses pencernaan. Untuk pemakaian luar, air jeruk nipis diaduk dengan bahan lain untuk dikompreskan atau dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit, seperti demam pada anak-anak, sakit perut, diare, sakit gigi, nyeri haid, kepala pusing, rematik, kurap, ketombe, jerawat, clavus, terkilir, mengecilkan perut, mengecilkan pori-pori di wajah, dan membersihkan lemak di kulit wajah. Air jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan atau abses tenggorokan (Dalimartha, 2000). |
Letak Koordinat : |
|
Referensi |
Aldi, A,T. 2016. Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia christm) Swingle) Terhadap Penyembuhan Ulkus Traumatik Pada Rattus norvegicus Strain Wistar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Boekoesoe dan Jusuf, 2015. Pembuatan Larvasida Dari Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Pengganti Bubuk Abate (laporan akhir KKS Pengabdian Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo Chusniah, I. dan A. Muhtadi. 2017. Aktivitas Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Antibakteri, Antivirus, Antifungal, Larvasida, dan Anthelmintik. Farmaka, 15(2): 9–22 Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor. Trobus Agriwidya. Liana, E. 2017. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti. In Doctoral dissertation, Skripsi UIN Mataram. Ramadhianto, A. 2017 Uji Bioaktivitas Crude Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Bakteri Escherichia coli Secara In Vitro, Skripsi. Universitas Medan Area. Nugroho, HW. 2009. Komunikasi dalam. Keperawatan. Gerontik. Jakarta: Penerbit. Buku Kedokteran EGC. |