Taksonomi dan Morfologi

  • Kerajaan : Plantae
  • Divisi : Spermatophyta
  • Kelas : Monocotyledoneae
  • Ordo : Palmales
  • Famili : Palmae
  • Genus : Areca
  • Spesies : catechu
  • Nama Ilmiah : Areca catechu L. (Miftahorrachman,  2015)

 

Morfologi

Gambar

Akar/rimpang

tergolong akar serabut. Akar tanaman pinang sangat mirip dengan akar kelapa, karena masih satu family yaitu palmae (Miftahorrachman, 2015)

Batang

Pinang merupakan tanaman soliter (tumbuh secara individual). Berbatang lurus dan agak licin dengan tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter batang atau jarak antar ruas batang sekitar 15 cm. garis lingkaran pada batang tampak jelas (Sihombing, 2000).

Daun

Jumlah daun pinang bervariasi antara 7-10 helai. Daun pinang berbentuk menyirip mejemuk dengan panjang antara 1-1,8 m, memiliki anak daun (leaflet) berjumlah antara 30-50 pinak daun (Miftahorrachman, 2015).

Bunga

Pinang merupakan tumbuhan berumah satu (monoceous) dengan perbungaan uniseksual dimana bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam satu perbungaan. Kumpulan bunga jantan yang terletak di bagian terminal (ujung) perbungaan ukurannya kecil dan mudah sekali rontok, sedangkan bunga betinanya yang terletak di bagian pangkal memiliki ukuran yang lebih besar dengan panjang sekitar 1,2 hingga 2 cm. Bunga jantan dan betina memiliki enam tepal yang sesil, berwarna putih dan beraroma (Staples dan Bevacqua, 2006).

Buah

Buah pinang berbentuk bulat telur mirip telur ayam dengan ukuran sekitar 3,5-7 cm. buah pinang berwarna hijau saat muda dan berubah merah jingga atau merah kekuningan saat masak atau tua (Sihombing, 2000).

 

Nama Lokal :

Pinang memiliki nama daerah seperti pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo), batang mayang (Karo), pining (Toba), batang pinang (Minangkabau), dan jambe (Sunda, Jawa) (Depkes RI, 1989).

 

Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman     :          

Asal usul tanaman pinang (Areca catechu L.) hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, kuat dugaan bahwa tanaman ini adalah tanaman asli Asia Selatan (Miftahorrachman., 2015).

 

Status Kelangkaan berdasarkan IUCN :     

 

 

Syarat Tumbuh :

Tanaman pinang dapat tumbuh di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 0 - 600 m dpl, curah hujan yang dibutuhkan antara 750 - 4.500 mm/tahun sepanjang tahun dengan hari hujan sekitar 100 - 150 hari, jumlah bulan kering maksimal 6 bulan/tahun, lama penyinaran pada pinang berkisar antara 6-8 jam/hari, jenis tanah laterik, lempung merah dan alluvial, tanah beraerasi baik, solum tanah dalam tanpa lapisan cadas, keasaman tanah (pH) 4 – 8, kemiringan maksimal 10 % (Kementan, 2014).

 

Habitat :   

-

 

Metode Perbanyakan :

Perbanyakan dengan generatif (biji). Penyebarannya meliputi Asia Selatan, Asia Tenggara serta beberapa pulau di Laut Pasifik. Spesies terbesar dari tanaman ini terdapat di Semenanjung Malaya, Filipina dan Kepulauan Hindia Timur (Miftahorrachman, 2015).

 

Kandungan Senyawa Kimia :

Biji Pinang mengandung alkaloid yang bekerja kolinergik, seperti arecoline (C8H13NO2), arecolidine, arecain, guvacoline, guvacine.Selain itu, mengandung tanin (areca red), lemak (palmitic, oleic, linoleic, palmitoleic, stearic, myristic acid), saponin, steroid, asam amino, choline, flavonoid, dan catechin. Biji segar mengandung lebih banyak alkaloid dibandingkan biji yang telah diproses (Dalimartha, 2009). Satriadi (2011) melaporkan kadar tanin dalam biji pinang berkisar antara 17-20%.

 

Bagian yang Dimanfaatkan :

Bagian yang dimanfaatkan yaitu biji pinang sebagai pewarna alami merupakan salah satu upaya diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah biji pinang, pewarna dari biji pinang dapat diperoleh melalui proses ekstraksi, biji pinang diekstraksi menjadi bubuk dengan cara pengeringan. (Yernisa., 2013)

 

Kegunaan :

Tumbuhan pinang telah lama dikenal dan hampir semua bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan. Biji pinang berkhasiat sebagai antielmintik, penenang, mengobati luka, memperbaiki pencernaan, meluruhkan dahak dan malaria. Sabut buah pinang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan (dispepsia), sulit buang air besar (sembelit), edema dan beri-beri karena urin sedikit (Dalimartha, 2009). Sedangkan Setriadi (2011) melaporkan bahwa air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang) dan disentri. Selain itu tanaman pinang juga digunakan untuk mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, memperkecil pupil mata.

 

Letak Koordinat :

 

 

Referensi

Anandra, R. (2020). Perkecambahan Benih Pinang Sirih (Areca catechu L.) Dengan Perlakuan Skarifikasi. Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Dan Peternakan.

Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid Keenam. Cetakan Pertama.Pustaka Bunda. Jakarta.

Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, p. 55-58.

Kementan. 2014. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Sumber Benih Pinang. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Miftahorrachman., Y.R. Matana, dan Salim. 2015. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang. Balai Penelitian Tanaman Palma.59 hal.

Satriadi, T. 2011. Kadar Tanin Tanaman Pinang (Areca catechu L.) Dari Pleihari. Jurnal Hutan Tropis. 12(32): 132-135.

Sihombing, T. 2000. Pinang Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. 80

Staples, G.W. and Bevacqua, R.F. 2006. Areca cathechu L. (Betel Nut Palm). Species Profiles For Pacific Island Agroforestry. hal.

Yernisa. 2013. Rekayasa Proses Pembuatan Pewarna Bubuk Alami dari Biji Pinang (Areca catechu L.) dan Aplikasinya Untuk Industri. Thesis. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.