Taksonomi dan Morfologi |
|
Morfologi |
Gambar |
Akar/rimpang Bambu ini memiliki rumpun tidak terlalu rapat dan simpodial, mempunyai jenis akar rimpang bertipe pakimorfdan memiliki akar udara yang mampu tumbuh sampai buku batang ke-4 (Wicaksono et al., 2023). |
|
Rebung Rebung ramping menyegitiga, warna pelepah hijau dengan 3–4 garis kuning ditutupi miang cokelat tua; kuping membundar; daun pelepah rebung tegak (Sujarnata & Zen, 2020a). Rebung berukuran besar, kuncup rebung berwarna hijau kekuningan dengan miang berwarna hitam, bentuk kuncup bulat meruncing (Hastuti et al., 2018). |
|
Batang Permukaan batang licin, warna batang kuning bergaris hijau. Permukaan pelepah batang diselimuti bulu hitam, keberadaan pelepah buluh mudah lepas dari batang (Sujarnata & Zen, 2020a). Tinggi batang diperkirakan mencapai 5-13 m dari permukaan tanah sampai pucuk batang, panjang ruas 22-42 cm, diameter batang 2,4-5 cm, ketebalan batang 5-10 mm (Hastuti et al., 2018). Percabangan satu cabang dominan, jumlah cabang 3/ buku-buku batang; percabangan mulai dari buku ke 8 (Santi et al., 2019).
|
|
Daun Warna daun hijau, bentuk daun lanset, panjang daun 27,5 cm, lebar daun 4,5 cm, struktur urat daun terlihat jelas, ukuran kuping pelepah 0,1 cm, bentuk bulu kejur tegak,panjang bulu kejur 0,3 cm, tinggi ligula 0,1 cm, bentuk ligula rata. warna tangkai daun hijau kekuningan; permukaan bawah tidak berbulu, permukaan atas pelepah daun berbulu (Sujarnata & Zen, 2020a).
|
|
Bunga Bambu memiliki perbungaan yang terdiri dari banyak spikelet, memiliki rachilla pada spikeletnya. Setiap spikelet terdapat kuncup (pseudospikelet) yang terdiri dari 2-3 glumme atau bractea untuk melindungi spikelet. Lalu ada beberapa floret yang memiliki rachilla atau sessile. Setiap floret dilindungi oleh lemma dan palea, tidak ada atau ada lodikula, 6 kepala sari, bebas filamen atau tabung, 1-3 stigma. Warna antera kekuningan (Sujarnata & Zen, 2020b). |
|
Buah Buah bambu mempunyai dua variasi pada bentuknya yaitu berbentuk caryopsis (buah kering) dan buah yang berdaging (berendosperm) tebal (Sujarnata & Zen, 2020b). |
|
Nama Lokal : |
Bambu kuning (Aceh) (Ritonga et al., 2020), bambu gading (Sujarwanta & Zen, 2020a), bambu madintang (Kalimantan Tengah) (Sadono & Wijaya, 2022), bambu aur (bengkulu) (Hastuti et al., 2018), Ampel kuning (Sasak lunggu) (Santi et al., 2019). |
Asal Usul Spesies dan Penyebaran Tanaman : |
Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl. (Poaceae) atau umum dikenal dengan sebutan Bambu adalah tumbuhan yang berasal dari Kamboja, Cina Selatan-Tengah, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam. |
Status Kelangkaan berdasarkan IUCN : |
|
Syarat Tumbuh : |
Secara alami bambu dapat tumbuh pada hutan primer maupun hutan skunder (bekas perladangan dan belukar). Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2.200 m. dpl. Jenis bambu yang berbatang kecil dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 2.000 m.dpl – 3.750 m. dpl. Pada ketinggian 3.750 m dari atas permukaan laut, habitatnya berbentuk rumput, seperti pada genus Dinochloa. Bambu dapat tumbuh pada semua jenis tanah terutama jenis tanah asosiasi latosol cokelat dengan regosol kelabu. pH tanah yang dikehendaki antara 5,6 – 6,5. Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah bersuhu 8,8°C - 36°C. Tipe iklim untuk tanaman bambu mulai dari A, B, C, D sampai E (mulai dari iklim basah sampai kering). Semakin basah tipe iklim, makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh. Sebab, tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air, yaitu curah hujan minimal 1.020 mm/tahun dan kelembaban minimum 76% (Sujarnata & Zen, 2020b). |
Habitat : |
Habitat bambu Madintang (Bambusa vulgaris) di pinggiran sungai pada hutan pinggiran, habitus berupa batang tegak dan ujung melengkung (Sadono & Wijaya, 2022). Kelembaban udara disekitar rumpun berkisar 86-99%, dengan rata-rata ph tanah 6,2, kelembaban tanah 40% dan ketinggian lokasi 175-275 mdpl (Sisillia & Junita, 2022). |
Metode Perbanyakan : |
Perbanyakan dengan generatif (biji) dan vegetatif (stek batang, stek cabang atau stek rhizome) (Sujarnata & Zen, 2020b). |
Kandungan Senyawa Kimia : |
Bambu kuning terdeteksi positif senyawa saponin, flavon dan tannin. Saponin bermanfaat sebagai peptisida, insektisida, moluskasida, fungisida dan penggunaan pada industri untuk foaming. Ekstrak daun Bambusa vulgaris memiliki efek hepatoprotektor dan pemulihan fungsi ginjal. Ekstrak daun B. vulgaris berpotensi menjadi produk antimalaria alami yang menjanjikan tanpa efek samping pada penggunaan, terutama bila diberikan dalam kisaran dosis 100 – 200 mg/kg berat badan. Tanin digunakan sebagai astringen, melawan diare, sebagai diuretik, melawan lambung dan tumor duodenum, dan sebagai antiinflamasi, antiseptik, antioksidan dan hemostatik obat-obatan (Sujarwanta & Zen, 2021). Flavonoid pada bambu kuning dapat digunakan sebagai antibakteri yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa yang merupakan sebuah bakteri penyebab infeksi yang salah satunya adalah infeksi saluran kemih. Nanopartikel emas ekstrak daun bambu kuning memiliki daya hambat partumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa sebesar 0,907 cm (Prasetya et al., 2020). Selain itu, ekstrak etanol daun bambu Bambusa vulgaris juga memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Salmonella typhi (Ulfa et al., 2015). |
Bagian yang Dimanfaatkan : |
Batang bambu dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi bangunan seperti digunakan untuk membuat kandang ternak, pagar rumah dan juga sering digunakan untuk membuat ranjang tidur. Rebung dari varietas yang berwarna kuning dapat digunakan untuk mengobati penyakit liver (Riastuti et al., 2019). Selain itu, bambu juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan bahan ornamen (Sujarnata & Zen, 2020a). |
Kegunaan : |
Bambu kuning banyak digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas karena memiliki kandungan senyawa kimia lignin dan pentosan. Rebung dapat dimakan dan digunakan sebagai obat liver, hepatitis, dan obat bengkak. Daun bambu kuning biasanya digunakan sebagai obat penurun panas dan agen sudorific. Tunas pohon bambu untuk mengobati kencing batu. Selain itu, bambu kuning dapat menyerap NO2 dan sebagai pakan ternak saat musim kemarau panjang (Ulung, 2014). |
Letak Koordinat : |
|
Referensi |
Hastuti, R.W., Yani, A.P., & Ansori, I. (2018). Studi Keankearagaman Jenis Bambu di Desa Tanjung Terdana Bengkulu Tengah. Diklabio, 2(1), 96-102. Prasetya A, A., Prima A. P., Amalia, H., dan Yandi S., 2020. Biosintesis Nanoherbal Ekstrak Daun Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) Dengan Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Pengobatan Infeksi Saluran Kemih. Jurnal Mahasiswa Khazanah Vol. 11(1) Hal: 1-6. Univeristas Islam Indonesia. Riastuti, R.D., Febrianti, Y., & Panjaitan, T. (2019). Eksplorasi Jenis Bambu Di Kecamatan Rawas Ulu Kabupaten Muratara. BIOEDUSAINS, 2(1), 13-25. Rijaya, I., & Fitmawati. (2019). Jenis-Jenis Bambu (Bambusoideae) Di Pulau Bengkalis, Provinsi Riau, Indonesia. Floribunda, 6(2), 41-52. Ritonga, M.A., Navia, Z.I., Arico, Z., & Damayanto, I.P.G.P. (2020). Keragaman Jenis Bambu di Kawasan Ekosistem Leuser, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Buletin Plasma Nutfah, 26(2),109-122. Sadono, A., & Wijaya. (2022). Keanekaragaman Jenis Bambu di Hulu Tampang Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Hutan Tropika, 17(2), 259-267. Santi, D.M., Mulyaningsih, & Aryanti, E. (2019). Identifikasi Bambu di Sempadan Sungai Keremit Resort Joben Taman Nasional Gunung Rinjani Lombok. Jurnal Biologi Tropis, 19 (2), 239-249. Sisillia, L., & Junita. (2022). Jenis-jenis Bambu di Hutan Adat Penyanggar Kabupaten Bengkayang Ptovinsi Kalimantan Barat. Jurnal Tengkawang, 12(1), 30-49. Sujarwanta, A., & Zen, S. (2020). Identifikasi Jenis dan Potensi Bambu (Bambusa sp.) sebagai Senyawa Antimalaria. BIOEDUKASI, 11(2), 131-151. Sujarwanta, A., & Zen, S. (2020). Jenis-Jenis Bambu dan Potensinya. Edisi ke 1. Laduny Alifatama. Lampung. Sujarwanta, A., & Zen, S. (2021). Identifikasi Senyawa Bioaktif Beberapa Jenis Daun Bambu Yang Berpotensi Sebagai Antimalaria. Jurnal Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM Metro, 7(1), 96-105. Ulfa, M., Apridamayanti, P., & Sari, R. (2015). Penentuan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Bambu (Bambusa vulgaris) terhadap Bakteri Salmonella typhi Secara In Vitro. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 3(1). Ulung, Gagas. 2014. Pusat Studi, Sehat Alami dengan Herbal: 250 tanaman berkhasiat obat. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wicaksono, D., Rizky, F.A., Khairunnisa, H., Pratiwi, V.M.R., & Hermawan, W.G. (2023). Identifikasi Persebaran Bambu Pada Daerah Aliran Sungai Pepe Desa Sawahan. Nusantara Hasana Journal, 2(8), 349-373. |